Jakarta, detikline.com - Tokoh muda dan aktivis sosial, Heikal Safar, menegaskan komitmennya untuk terus memperjuangkan kepentingan rakyat kecil melalui jalur politik.
Setelah lama berkiprah di berbagai organisasi sosial dan kepemudaan, Heikal menyebut langkah politiknya sebagai bentuk “hijrah perjuangan” agar dapat berkontribusi lebih luas bagi masyarakat.
Dikenal aktif di sejumlah organisasi strategis, Heikal Safar pernah memegang peran penting di GRIB Jaya, Yayasan FAAHMI, serta menjadi bagian dari Gerakan Dapur Indonesia dan Partai NasDem.
Pengalamannya di berbagai lembaga tersebut dinilai menjadi modal kuat dalam memahami persoalan sosial di tingkat akar rumput.
Tak hanya dirinya, sang istri, Nofalia Heikal Safar, juga aktif dalam kegiatan kemanusiaan. Sebagai Ketua Umum Gerakan Dapur Indonesia, Nofalia memimpin program penyediaan makanan bergizi gratis bagi anak sekolah, balita stunting, dan ibu menyusui.
Program ini menjadi salah satu gerakan sosial yang mendapat apresiasi luas karena berfokus pada pemenuhan gizi masyarakat kecil di berbagai daerah.
Dalam perjalanan politiknya, Heikal sempat mendapat dukungan masyarakat untuk maju sebagai calon Wali Kota Bekasi pada Pemilihan 2024.
Meski belum melangkah lebih jauh dalam kontestasi tersebut, ia tetap konsisten menyuarakan pentingnya politik yang berpihak kepada rakyat kecil.
“Bagi saya, politik bukan sekadar perebutan kekuasaan, tapi sarana untuk memperjuangkan kesejahteraan rakyat kecil. Politik harus kembali ke semangat pengabdian,” ujar Heikal dalam keterangan yang diterima redaksi, Rabu (5/11).
Selain aktif di bidang sosial dan politik, Heikal juga dikenal sebagai figur yang kerap menyampaikan pandangan kritis terhadap situasi nasional.
Ia menyoroti pentingnya stabilitas pemerintahan dan peran aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dalam mendukung arah pembangunan nasional di era Presiden Prabowo Subianto.
Heikal menilai, kalangan muda perlu berani mengambil peran strategis dalam dunia politik untuk memastikan kebijakan publik benar-benar berpihak kepada masyarakat kecil.
“Anak muda tidak boleh hanya jadi penonton. Kita harus ikut membentuk arah kebijakan agar keadilan sosial tidak hanya menjadi slogan,” tegasnya.
Pandangan Spiritual dari Pakar Potensi, Ki Jumanta
Menanggapi langkah politik Heikal Safar, Ki Jumanta, seorang pakar potensi dan pemerhati spiritualitas bangsa, menyampaikan refleksi mendalam mengenai hakikat kepemimpinan dalam pandangan Ilahi.
Menurutnya, Aturan Tuhan (Allah SWT) telah menetapkan tatanan kepemimpinan yang berjalan secara alamiah dan selaras dengan kehendak-Nya.
![]() |
| Ki Jumanta Pakar Potensi dan Pemerhati Spiritualitas |
Regenerasi kepemimpinan, kata Ki Jumanta, bukan semata hasil ambisi manusia, melainkan bagian dari garis takdir yang telah digariskan melalui “tali merah” ketentuan Tuhan.
“Kepemimpinan sejati lahir bukan dari paksaan, tetapi dari keseimbangan fitrah dan amanah Ilahi. Ketika manusia memaksakan kehendak dan menuruti nafsunya, maka lahirlah kontradiksi dan ketidakseimbangan dalam peradaban,” ujar Ki Jumanta.
Ia menambahkan, manusia yang melupakan teks Tuhan dan hukum alam semesta akan kehilangan arah. Akal yang sejatinya diciptakan dari cahaya suci, katanya, dapat berubah menjadi sumber kedustaan bila tidak dipandu oleh nilai-nilai kebenaran.
“Ketika politik dijalankan tanpa dasar spiritual, maka hilanglah cahaya akal yang seharusnya menjadi penerang. Di sinilah pentingnya pemimpin seperti Heikal Safar, yang mencoba mengembalikan makna politik pada pengabdian dan keseimbangan,” tambahnya.
Ki Jumanta menilai, langkah hijrah politik Heikal Safar mencerminkan kesadaran baru bahwa perjuangan untuk rakyat kecil harus dilandasi oleh pemahaman spiritual dan kesadaran moral.
“Hanya dengan cara itu, peradaban manusia bisa kembali berjalan selaras dengan aturan Tuhan yang sempurna,” tutupnya.
Dengan pandangan itu, perjalanan politik Heikal Safar dinilai bukan sekadar langkah strategis, melainkan juga spiritual sebuah upaya menyeimbangkan antara akal, iman, dan pengabdian untuk mewujudkan politik yang benar-benar berpihak pada rakyat kecil Indonesia. Rill/Lala


0Komentar