Wartawan: Saleha, S.E Jakarta, detikline.com - Sebuah propaganda produk rokok dilayar kaca sekarang ini sering muncul, dipaparkan dalam set...
Wartawan: Saleha, S.E
Jakarta, detikline.com - Sebuah propaganda produk rokok dilayar kaca sekarang ini sering muncul, dipaparkan dalam setiap adegan.
Setiap orang memakai topeng dalam interaksi sosialnya. Wajah topeng selalu tersenyum manis sementara dibaliknya menyatakan tidak senang.
Tontonan ini cukup menarik jika kita lihat dari kenyataan sehari-hari. Seringkali kita dihadapkan pada persoalan, bagaimana bisa menyenangkan orang lain.
Apalagi jika kita bekerja pada bidang jasa. Orang tidak peduli apakah hati anda sedang senang atau galau, yang jelas mereka butuh senyum dari anda.
Ada saatnya anda bisa menjadi diri sendiri namun ada juga anda harus menjadi orang lain.
Patutkah kita bersandiwara?
Dunia adalah panggung sandiwara kata Ahmad Albar, setiap orang akan mendapat peran untuk menjalani.
Dalam hidup bermasyarakat kita dituntut untuk menjaga hubungan baik dengan lingkungan sosial kita.
Teman, klien, customer atau apapun itu membutuhkan sikap ramah dan sopan kita.
Seulas senyum, antusias ketika mendengarkan atau sekedar pujian kosong rasanya cukup membantu ketika sedang menjalin kontak sosial dan berinteraksi.
Seorang kawan pernah bercerita bagaimana tersiksanya ketika bekerja sebagai teller pada sebuah bank.
Dia harus bersikap manis dan ramah sementara dia sendiri sedang menghadapi persoalan pelik di rumah tangganya.
Amarah, tensi yang sedang meninggi ataupun PMS (pre menstrual Syndrome) harus anda tinggalkan dirumah.
Anda harus menjadi orang lain dulu sementara waktu.
Seorang tetangga yang bekerja di sebuah kedai cepat saji pernah diberi surat peringatan oleh atasannya.
Kesalahannya sepele, hanya cemberut ketika melayani konsumen.
Sementara konsumennya cerewet dan bawelnya minta ampun. Malamnya sudah galau, sementara pagi harinya menghadapi konsumen yang menjengkelkan
“Gimana ngak bête mas”, ceritanya kepadaku. Bete dilarang keras dalam hubungannya dengan pelayanan konsumen.
Disisi lain lingkungan kerja, meski tampak sangat kompak dan bersahabat seringkali teman “menggunting dalam lipatan”.
Jika di ibaratkan panggung, kontak sosial adalah tampak depannya.
Semua tampak indah dipandang. Namun dibelakang panggung sesunguhnya persaingan tetap saja terjadi.
Jika persaingan dilakukan dengan sehat tentu tidak mengapa namun seringkali juga terjadi persaingan yang tidak sehat.
Hubungan secara personal terlihat baik namun di belakang itu sesungguhnya terjadi perang tertutup.
Demi menjaga hubungan baik dengan orang-orang disekitar kita, memakai topeng senyum merupakan sebuah pengorbanan yang tidak sia-sia.
Bukankah membuat orang lain senangpun merupakan ibadah. Selain itu kemampuan menghandle perasaan, sesungguhnya merupakan ciri kedewasaan seseorang. Interaksi sosial yang positif membutuhkan penghargaan dari para pelakunya.
Dalam kadar tertentu rasanya bersandiwara memang dibutuhkan asal jangan terjebak menjadi manusia-manusia munafik.