Papua, detikline.com - Pendekatan Kesejahteraan yang diterapkan Presiden Joko Widodo saat ini di Bumi Cendrawasih mendapatkan apresiasi dar...
Papua, detikline.com - Pendekatan Kesejahteraan yang diterapkan Presiden Joko Widodo saat ini di Bumi Cendrawasih mendapatkan apresiasi dari para pemuda Papua.
Presiden Jokowi secara holistik melakukan pembanguanan di Papua dan Papua Barat, sehingga terjadi perbedaan antara Papua yang dulu dengan Papua sekarang.
Hal tersebut disampaikan Direktur Eksekutif Papua Muda Inspiratif Provinsi Papua, Neil Aiwoy saat di wawancara di Matoa TV, Minggu (13/2/2022).
Menurut Nel Aiwoy, Presiden Jokowi pada masa pemerintahaannya memiliki fokus dan perencanaan yang baik terhadap Papua dan Papua Barat.
Pada periode pertama Presiden Jokowi, memfokuskan kepada pembangunan infrastruktur, dan pada periode kedua dilakukan pembangunan SDM untuk menopang pembangunan yang holistik di Papua dan Papua Barat.
"Yang dilakukan Presiden Jokowi saat ini bukan hanya melakukan pendekatan kesejahteraan namun juga menyentuh kepada sektor – sektor riil yang menyentuh kearifan lokal setempat," ucap Neil Aiwoy.
"Di Serui salah satu Kabupaten di Papua, yang didorong disana pengembangan rumput laut, perikanan bukan sebaliknya mendorong komoditi – komoditi yang ada di gunung, misalnya seperti kopi di Paniai. Bukan berarti Serui tidak ada kopi, tapi porsinya lebih kecil daripada sektor pertanian," ungkap Neil.
Neil Aiwoy mengatakan, pendekatan kesejahteraan yang dilakukan Presiden Jokowi ini base on data, atau base on penelitian yang dilakukan secara komprehensif, sehingga programnya tidak hanya menghabiskan anggaran namun harus sustainable atau berkesinambungan supaya ketika tidak lagi memberikan bantuan. Mereka bisa mandiri secara ekonomi.
"Yang paling penting adalah, Presiden Jokowi turut melibatkan dan mendorong anak – anak muda Papua untuk melakukan percepatan pembangunan kesejahteraan di Papua," jelasnya.
Dengan dilibatkannya anak – anak muda Papua dalam pembangunan, Papua dan Papua Barat membuat mereka tidak lagi menjadi kritikus – kritikus yang deskontruktif melainkan menjadi kritikus – kritikus yang konstruktif.
Sehingga para pemuda tidak didorong lagi menggunakan fisik melainkan juga menggunakan pikiran – pikiran dan kecerdasan – kecerdasan mereka.
Penting porsi anak – anak muda diberikan lebih besar lagi, karena di tahun 2040 dan 2050 akan terjadi bonus demografi dimana anak – anak muda hari ini akan menjadi pemimpin, sehingga sudah seharusnya dilakukan kaderisasi sejak sekarang.
"Anak – anak muda di Indonesia khususnya anak – anak muda di Papua harus sudah siap menghadapi 20 sampai dengan 30 tahun mendatang Indonesia. Kita harus diberi ruang bukan hanya di sektor swasta namun juga di sektor pemerintah dan sektor – sektor riil yang menyentuh hajat hidup orang banyak," tutup Neil.*Lk