Jakarta, detikline.com - A ngka kasus kematian akibat Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia semakin meningkat. Bahkan, angka kematian te...
Jakarta, detikline.com - Angka kasus kematian akibat Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia semakin meningkat. Bahkan, angka kematian tersebut hingga Februari 2024 sudah lebih dari 300 kasus.
Hal tersebut diungkapkan oleh Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono dalam keterangan tertulis beberapa waktu lalu (red.25/3/2024).
Menurut Dante, sejumlah faktor yang menyebabkan meningkatnya jumlah kasus penyakit akibat nyamuk Aedes aegypti ini adalah perubahan curah hujan di Indonesia dan fenomena El Nino.
Warga Kelurahan Pekojan Tambora, Jakarta Barat, meminta kepada pemerintah setempat untuk melakukan fogging, pasalnya ada warga Rw.02 Rt.04 terjangkit gejala demam berdarah.
Erni, warga Rw2 mengatakan, anaknya terjangkit demam berdarah, bahkan sudah dirawat di rumah sakit dalam beberapa hari. Namun sayangnya kata Erni, hingga anaknya sembuh belum ada tindaklanjut dari pihak instansi terkait.
"Baru hari ini difogging, inipun bantuan dari warga untuk menyewa alat fogging dan obat cairannya," kata Erni, saat dilakukan fogging di sekitar rumahnya. Rabu (1/5/2024).
Ketua Rt.04 Rw.02 Awi saat dikonfirmasi mengaku, bahwa dirinyalah yang menyewa alat fogging tersebut, lantaran dari pihak Puskesmas tidak kunjung tiba untuk melakukan penyemprotan di wilayahnya.
Fogging di wilayah juga sudah diketahui oleh Ketua Rw.02 Acep Budi, dan menyetujui untuk dilakukan proses penyemprotan.
"Padahal kami sudah melaporkan, namun belum di TL," pungkas Awi.
Menurut Awi, beberapa hari yang lalu, pihak Puskesmas mendatangi kediamannya, menyampaikan bahwa untuk penyemprotan fogging harus dilakukan, jika ada warga yang terkena DBD sejumlah antara 2-3 orang.
"Aturannya seperti itu, harus ada yang sakit dulu 2 atau 3 orang, menurut orang Puskesmas," kata Awi lagi.
Awi berharap pemerintah setempat harus sigap menyiapkan faskes, obat-obatan dan nakesnya.
"Jangan sampai pasien tidak tertangani dengan baik," singkat Awi.
Ia juga meminta pemerintah segera mengambil langkah dan kebijakan yang efektif untuk menurunkan angka DBD di Indonesia, dikarenakan jumlah kematian akibat DBD di daerah-daerah meningkat.
Diperlukan sistem surveilans yang lebih efektif untuk memantau kasus DBD secara real-time, termasuk deteksi dini, pelaporan kasus, dan pemantauan perkembangan epidemiologi DBD di berbagai wilayah. Masyarakat, kata Awi juga masih rentan terkena DBD karena kurangnya edukasi.
Sebelumnya untuk diketahui, Lurah Pekojan Saiful Fuad, saat dikonfirmasi mengaku bahwa alat penyemprotan memang sedang rusak, dan Puskesmas juga tidak memiliki alat fogging. Rill/Red/La2