Jakarta, detikline.com - Ketua DPC Partai Gerindra Kota Bekasi Raden Eko dituding menjadi penyebab tidak berjalannya roda organisasi politi...
Jakarta, detikline.com - Ketua DPC Partai Gerindra Kota Bekasi Raden Eko dituding menjadi penyebab tidak berjalannya roda organisasi politik ditingkatan Pengurus Anak Cabang (PAC), Ranting dan Anak Ranting.
Hal itu disampaikan Ketua PAC Gerindra Kecamatan Jati Asih, Rohdin alias Jhon, yang membenarkan desas-desus dana hibah yang tak kunjung turun disejumlah kalangan pengurus ranting dan PAC se-kota Bekasi.
Dua tahun Raden Eko menjabat, ada dugaan dan pembiaran secara masif dan terstruktur terhambatnya dana hibah di tingkatan PAC, Ranting dan Anak Ranting, hingga menjadi pertanyaan besar ditingkat arus bawah.
"Ratusan juta rupiah dana hibah yang digelontorkan melalui Kesbangpolinmas Pemkot Bekasi, ternyata belum turun ditingkatan pengurus ranting dan Pengurus Anak Cabang (PAC)," ungkapnya.
Berdasarkan catatan Ketua Pengurus Anak Cabang (PAC) Gerindera Jati Asih, John kepada detikline mengatakan, dana tersebut seharusnya dialokasikan sebagai pembinaan dimasing-masing pengurus ranting.
"Selain mempengaruhi roda organisasi ditingkat arus bawah, timbul pertanyaan besar masing-masing pengurus ranting dan PAC, kemana alokasi dana hibah itu diperuntukkan Raden," sindirnya.
John mengatakan, hingga saat ini belum ada pertanggungjawaban Raden Eko kepada struktur ranting dan PAC baik secara lisan maupun tertulis, disetiap acara rapat ranting, anak ranting dan PAC Gerindra tentang dana hibah Kesbangpolinmas.
"Karena ratusan juta dana hibah yang cair setiap tahunnya dari Kesbangpolinmas Pemkot Bekasi, bisa menjadi dana stimulus penggerak arus bawah guna suksesi Prabowo For Presiden 2024 nanti," katanya.
Dia menyebutkan, sosok kepemimpinan Raden Eko sebagai orang nomor satu di Partai Gerindra dianggap kurang paham dalam berorganisasi dan tantangan kedepan dalam organisasi.
"Selain tidak aspiratif terhadap suara dan keluhan anak ranting, ranting dan PAC, Raden Eko tergolong anti kritik terhadap bawahan dan diduga belum memahami demokrasi itu sendiri secara garis besar," imbuhnya.
Dijelaskanya, dua tahun tidak transparan dalam penggunaan dana hibah, sontak Raden Eko menjadi buah bibir ditingkatan Pengurus Ranting yang notabene sebagai lokomotif organisasi dalam menggerakkan mesin partai dibawah.
"Sosok pemimpin partai harusnya mengedepankan aspirasi konstituen ditingkatan akar rumput, bukan malah berlagak seperti memimpin sebuah perusahaan swasta," cetusnya.
Ditambahkanya, pada hakekatnya dalam sebuah organisasi perlu kesadaran seorang pemimpin guna menampung suara arus bawah.
Selanjutnya diperlukan tangan dingin dan cermat bagaimana menyusun kerangka dan strategi politik di lokomotif partai.
"Namun fakta yang terjadi dalam organisasi partai besutan Prabowo ini, khususnya di Kota Bekasi, justru orang-orang yang berjasa dalam mengerakkan organisasi bertahun-tahun justru terkesan dianak tirikan Raden Eko," tutupnya. (Tohom)
